Sejarah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan oleh masa kini yang dibentuk dari masa lalu. Oleh karena itu, masa depan yang baik dibentuk dari masa kini yang sadar akan masa lalunya. Maka dari itu, belajar sejarah sebagai orang Indonesia sangat penting.
Misalnya, coba bayangkan, rentang umur orang Indonesia sesuai data harapan hidup adalah sekitar 72,5 tahun. Sementara itu, peradaban manusia di dunia sudah ada selama ratusan ribu tahun. Tentunya, banyak kebijaksanaan, memori, kejadian, dan hal-hal lain yang sangat bisa kita pelajari untuk masa depan.
Sebagai tambahan, Fransiskus Asisi Suhariyanto, sejarawan yang juga memiliki Asisi Channel di YouTube, mengatakan dalam siniar (podcast) Endgame bersama Gita Wirjawan, bahwa belajar sejarah bukan untuk persoalan Indonesia di masa lalu, bahkan kita belajar sejarah untuk memahami Indonesia di masa depan, maka dari itu kita harus belajar sejarah dengan menyenangkan, tidak hanya sebagai data-data saja, namun tetap menghadirkan nafas dan kehidupan di kisahnya.
Kami tampilkan juga videonya di sini. Sebagai pengantar buat kamu, yang memiliki ketertarikan dengan dunia sejarah. Apa itu sejarah? Apa fungsinya buat kita? Dan bagaimana seharusnya sejarah diajarkan dan diceritakan.
Belajar Sejarah dengan Periodesasi nya
Kali ini kita akan berkenalan dengan kata yang agak teknis, yaitu periodeisasi. Apa itu? Periodeisasi pendeknya adalah kegiatan membagi sejarah ke periode-periode atau masa-masa. Pengelompokan masa ini mempermudah pembelajaran mengenai sejarah. Karena kita bisa jadi memiliki patokan-patokan. Memahami kelebihan dan kekurangan setiap masa. Menganalisa di masa mana kejayaan terjadi atau penurunan terjadi. Dan juga memiliki gambaran besar mengenai urutan sejarah tertentu.
Baca juga: Mengenal Dunia Secara Singkat, Dari Bumi Terbentuk Sampai Era Informasi
Mudahnya, akan lebih mudah kita menceritakan kisah kita sendiri, jika terbagi ke masa kecil kita, masa sekolah, masa bekerja dan berkeluarga, dan masa tua misalnya. Atau lebih mudah memahami dan menceritakan kegiatan kita jika dibagi menjadi pagi kita ngapain, siang kita ngapain, malam kita ngapain, dan seterusnya.
Tiap negara di dunia memiliki periodeisasi sejarahnya sendiri-sendiri. Tak lepas juga Indonesia. Demi untuk memahamkan masa lalu untuk bekal masa depan, bangsa Indonesia membagi sejarahnya menjadi beberapa masa seperti: Pra Sejarah. Lalu, masa sejarah klasik yang berisi kerajaan, kesultanan, dan variasi pemerintahan yang lainnya. Kemudian, datang masa peralihan yang berisi kolonialisme atau penjajahan bangsa Eropa. Setelah itu baru muncul masa Indonesia, dimana kita mulai sadar kita ini adalah satu bangsa di masa pergerakan, lalu berjuang mewujudkannya menjadi kemerdekan. Dan sampai pada masa kita saat ini yaitu masa mengisi kemerdekaan.
Baca juga: Bagaimana Periodeisasi Sejarah Negara-Negara Asia Tenggara?
Di bawah ini kami akan menampilkan periodeisasi sejarah Indonesia dalam urutannya, dari yang paling awal hingga masa kini:
1. Pra Sejarah
Geologi Kepulauan Nusantara
Kepulauan-kepulauan yang ada di sekitar wilayah lautan Asia Tenggara, termasuk yang kini menjadi wilayah Republik Indonesia adalah daratan baru. Ini adalah proses yang terjadi 63 juta tahun lalu, karena aktivitas tumbukan lempeng besar bumi di benua Asia (Eurasia) dan Australia (Indo-Australia). Lempeng yang bertumbukan itu menghasilkan gerakan tanah menyembul ke permukaan dan menjadi pulau-pulau.
Baca juga: Buat yang Kepikiran Dunia Asalnya Gimana, Baca Ini
Kepulauan ini berubah-ubah bentuk. Salah satu yang perlu kamu ketahui adalah bentuknya pada Zaman Es (Ice Age/Pleistosen). Bentuk kepulauan Indonesia menjadi 3 bagian yaitu Dangkalan Sunda (Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Kepulauan Sunda Kecil tersambung ke Asia), Dangkalan Sahul (Papua dengan Australia adalah satu daratan), dan kepulauan-kepulauan diantaranya. Menjadikan 3 bagian ini, memilliki keaneka ragaman flora dan fauna yang berbeda-beda.
Baca juga: Bukan Cuma Satu, Kenali Semua 5 Museum Sangiran
Kemunculan manusia
Setelah itu di mulai lah era manusia yang diawali Homo erectus atau manusia tegak. Yang sudah dibuktikan dengan temuan goresan menggunakan alat iris dari kerang pada tulang-belulang kerbau purba dari 1,5-1,6 juta tahun lalu. Membuktikan keberadaan spesies mirip manusia modern di masa itu.
Baca juga: Homo Erectus, Manusia Atau Kera?
Temuan-temuan yang lainnya adalah penemuan “Java Man” oleh Eugene Dubois di Trinil (wilayah di Ngawi, Jawa Timur), yang merupakan fosil tengkorak Homo erectus dari 700 ribu tahun lalu. Lalu, ada Homo floroensis atau turunan Homo erectus yang menyusut menjadi kerdil karena kehidupan yang terisolasi di pulau-pulau.
Selanjutnya adalah masa-masa manusia modern (Homo sapiens) yang bermigrasi ke Indonesia sebagai bangsa Austroasia dan Austronesia. Keduanya diperkirakan berasal dari apa yang saat ini disebut Tiongkok bagian selatan. Kedua bangsa ini berketurunan diantaranya atau bersilang, menjadi apa yang kini disebut sebagai suku bangsa-suku bangsa di Indonesia.
Baca juga: Bangsa Indonesia Ini Aslinya Bangsa Apa?
Masa pra sejarah juga membahas mengenai kebudayaan mulai dari kegiatan berburu-mengumpul, lalu mulai membuat makanan dari alat alat yang awalnya dari batu (Zaman Batu/Litikum), lalu berubah menjadi logam (Kebudayaan Logam/Dongson).
Anda sedang membaca “Bingung? Ini Urutan Belajar Sejarah Indonesia”
2. Kerajaan-Kerajaan Hindu Buddha
Pengaruh dari India
Pengaruh Hindu-Buddha tersebar dari India dengan beberapa kerajaannya seperti Pallawa, Gupta, Pala, dan Chola dari abad ke 2 masehi. Cerita epik India, Ramayana menyebutkan, bahwa Rama memerintahkan panglimanya, Sugriwa untuk mencari Sinta di kerajaan Jawadwipa (Yawadvipa), di lokasi yang kini Jawa dan Sumatera.
Pengaruh India ini termasuk ditemukannya prasasti-prasasti beraksara Pallawa di beberapa kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Kutai dan Tarumanegara.
Pendeknya, masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha bisa diurutkan seperti ini. Kerajaan Hindu tertua adalah Kutai di Kalimantan (abad ke-4). Lalu, di abad ke-7 ada Kerajaan Tarumanegara (berpusat di dekat Jakarta hari ini) dan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah, serta Kerajaan Kuntala di Sumatera.
Dinasti Syaliendra dan Dinasti Sanjaya
Baca juga: Penjelasan Tentang Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya
Selanjutnya ada Dinasti Syailendra yang memerintah bersama Dinasti Sanjaya mulai abad ke-7 di Jawa Tengah. Kedua dinasti ini lah yang menjadi penguasa dari Kerajaan Medang (Mataram Kuno) dan Kerajaan Sriwijaya. Di masa dinasti ini juga lah yang membangun candi-candi di Jawa dan Sumatra seperti Borobudur dan sekitarnya, Prambanan dan sekitarnya, Muara Takus di Sumatera, dan banyak lagi.
Perkembangan Di Jawa
Baca juga: Keterkaitan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di wilayah Nusantara
Selanjutnya Mpu Sindok, keturunan Dinasti Sanjaya memindahkan kekuasaan ke Jawa Timur. Dan melanjutkan Kerajaan Medang hingga 1016. Masa Jawa Timur ini lebih sering disebut sebagai Dinasti Isyana. Setelah itu Dinasti ini berkembang menjadi Kerajaan Kahuripan yang dipimpin Airlangga, sebagai keturunan Kerajaan Bali yang masih berhubungan keluarga dengan Raja Dharmawangsa dari Dinasti Isyana. Lalu berlanjut ke Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit.
Baca juga: Majapahit, Kebangkitan dan Keruntuhannya
Kerajaan Majapahit kita ketahui adalah sebuah imperium besar yang menguasai Nusantara. Kejayaan ini terjadi pada masa kekuasaan Hayam Wuruk. Majapahit lalu merosot setelah era Raja Kertabhumi (Brawijaya V). Salah satu anak Brawijaya V, yakni Raden Patah memeluk Islam dari ibunya lalu mendirikan Kesultanan Demak yang bercorak Islam.
Perkembangan di Sumatera
Balaputradewa yang merupakan putra dari Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra, melarikan diri setelah dikalahkan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya yang juga merupakan adik iparnya. Balaputradewa lalu memerintah Sriwijaya di Sumatera. Sriwijaya kita tahu menjadi imperium dan kekuasaan besar selama kurang lebih 300 an tahun.
Baca juga: Sriwijaya, Imperium Nusantara dan Pusat Studi Buddha
Setelah Sriwijaya dikalahkan Kerajaan Chola dari India, Dinasti Mauli yang masih keturunan Dinasti Syailendra memerintah kerajaan penggantinya menjadi Kerajaan Melayu. Selanjutnya ibukota Kerajaan Melayu diketahui berlokasi di Dharmasraya dan nama itulah yang dijadikan nama kerajaan. Kerajaan Dharmasraya lalu dalam perjalanannya menjadi Kerajaan Pagaruyung yang bercorak Islam.
3. Kesultanan-Kesultanan Islam
Masuknya Islam ke wilayah Nusantara khususnya wilayah yang kini menjadi Indonesia, ditengarai dimulai pada masa Kekhalifahan Abbasiyah pada tahun-tahun sebelum tahun 1000. Islam berkembang melalui hubungan dagang.
Islam sendiri sudah berkembang di wilayah Indonesia, bahkan jauh sebelum pengaruh Hindu-Buddha meredup. Sebagai perbandingan kesultanan Islam terkemuka pertama yakni Samudera Pasai, berdiri hampir 300 tahun sebelum Kerajaan Majapahit berdiri pada 1293.
Penyebaran Islam terus berlangsung sejak masa itu. Dimana penyebar-penyebarnya berhasil mengislamkan masyarakat dan bahkan para raja-rajanya. Salah satu yang terkenal adalah Wali Songo.
Perkembangan di Sumatera
Belum jelas awal mula adanya sistem pemerintahan yang bercorak Islam, namun yang pertama kali tercatat adalah Kesultanan Perlak pada tahun 840. Lalu keturunan Sultan Perlak menikah dengan Malikul Saleh (Merah Silu) yang mendirikan Kesultanan Samudera Pasai. Pasai lalu ditaklukan Aceh pada masa Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh juga menaklukan Kerajaan Aru yang diperkirakan berasal dari orang-orang Batak Karo.
Baca juga: Fakta Aceh, Provinsi Dengan Hukum Syariat Ala Kesultanan
Perkembangan kesultanan-kesultanan di Sumatera akhirnya tidak lepas dari perkembangan kesultanan-kesultanan lain di Semenanjung Malaya dan Kesultanan Demak di Jawa. Penyebaran Islam juga mempengaruhi perubahan kerajaan-kerajaan yang sebelumnya bercorak Buddha berubah menjadi Islam. Beberapa kesultanan yang terkenal adalah Deli, Siak, Lingga, Pagaruyung, dan Palembang.
Perkembangan di Jawa
Setelah kemunduran Majapahit pada masa Bhre Kertabhumi (Brawijaya V), salah seorang anaknya dari permasuri Cina, Raden Patah mendirikan Kesultanan Demak. Demak lalu berubah menjadi Kesultanan Pajang, lalu berlanjut menjadi Kesultanan Mataram Islam dengan Sultan Agung Hanyakrakusuma menjadi figur yang sangat penting. Mataram Islam berlanjut ke Kartasura, lalu ke Surakarta, kemudian mulai terpecah-pecah menjadi Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman.
Baca juga: Tome Pires, Orang Portugal Yang Menceritakan Nusantara
Kesultanan Demak juga memperngaruhi pembentukan kesultanan lainnya seperti Kesultanan Cirebon, Banten, Kalinyamat dan Palembang.
Perkembangan di tempat lain
Kesultanan di tempat lain, memiliki macam-macam asal usul. Ada yang merupakan punggawa kerajaan masa Hindu-Buddha yang kemudian berubah jadi Islam. Seperti Kesultanan Banjar yang masih memiliki kekerabatan dengan Kerajaan Kediri. Atau, komunitas kesukuan yang kemudian berubah menjadi kesultanan Islam. Seperti yang ada di Maluku (Kesultanan Ternate, Tidore, Bacan, dll), atau di Papua (Kesultanan Sran/Kaimana).
4. Varian Pemerintahan Yang Lain
Selain Kerajaan bercorak Hindu-Buddha atau Kesultanan Islam. Ada juga Kerajaan yang bercorak Kristen seperti Kerajaan Larantuka dan Kerajaan Bolaang Mongondow.
Ada juga perkongsian imigran dari Tiongkok, yang membentuk Republik Santiago, Republik Lanfang, dan Federasi Heshun.
Anda sedang membaca “Bingung? Ini Urutan Belajar Sejarah Indonesia”
5. Penjajahan Bangsa Eropa
Bangsa Eropa masuk ke wilayah Nusantara pada sekitar abad ke-16. Masa ini dalam sejarah dunia biasa disebut Masa Penjelajahan.
Masa Portugis
Di wilayah yang kini menjadi Indonesia, masa penjajahan bangsa Eropa dimulai oleh Portugis (Portugal) yang menguasai Selat Malaka dan sekitarnya. Lalu beralih ke wilayah Maluku dan Nusa Tenggara Timur (termasuk Timor Leste). Portugis lalu mempertahankan wilayah koloninya di Timor Leste.
VOC, perusahaan yang seperti negara
Selanjutnya, VOC (Perusahaan Hindia Timur Belanda) masuk dan menguasai banyak wilayah, termasuk Maluku, untuk memonopoli perdagangan rempah dan mendirikan koloni. VOC adalah perusahaan yang didirikan oleh orang-orang Belanda, yang merupakan persatuan dari berbagai perusahaan yang sebelumnya melakukan ekspedisi ke Asia Tenggara. Mereka diberikan hak untuk bertindak seperti pemerintah dan memiliki tentara (hak oktroi). Namun, VOC bangkrut pada tahun 1799, dan selanjutnya aset-asetnya diambil alih oleh negara, yang saat itu adalah Republik Bataaf.
Perang Napoleon
Tak lama setelah itu Perang Napoleon pecah di Eropa. Belanda takluk, dan diubah menjadi Republik Bataaf pada 1795. Di Hindia Belanda, dikirim lah Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811) yang membangun Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan. Kemudian Gubernur Jenderal Janssens (1811). Karena Perang Napoleon adalah perebutan pengaruh antara Prancis dan Inggris. Maka Inggris juga melancarkan invasi ke Nusantara dan berhasil mengambil alih Jawa dari Republik Bataaf (Belanda).
Hindia Belanda di Bawah Kerajaan Belanda
Setelah kejatuhan Napoleon Bonaparte, Belanda lalu berubah menjadi Kerajaan Belanda dengan Willem I sebagai raja pertama. Kongres Wina diadakan untuk menata kembali perjanjian-perjanjian wilayah jajahan antar negara di Eropa. Hindia Belanda kemudian kembali ke Kerajaan Belanda pada 1814.
Baca: Bukan 350 Tahun, Berapa Lama dan Siapa Yang Menjajah Kita?
Selanjutnya, para gubernur jenderal silih berganti. Kebijakan juga berganti-ganti mulai dari penerapan Taman Paksa oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch 1830. Lalu, ketika negara Belanda mendapatkan pendapatan yang besar dari tanam paksa, para aktivis liberal di sana menutut adanya politik balas budi ke warga jajahan. Hal ini terwujud alam bentuk Politik Etis yang menjadikan adanya kegiatan pendidikan, irigasi, dan transmigrasi untuk warga jajahan. Pada masa inilah mulai adanya sekolah-sekolah.
6. Pergerakan Indonesia
Adanya sekolah-sekolah ini menjadikan warga pribumi punya pemahaman lebih baik mengenai hal-hal terbaru yang terjadi di dunia. Adanya Restorasi Meiji di Jepang dan pembentukan Republik Filipina membuat beberapa kaum terpelajar pribumi ikut terpantik bergerak. Kesadaran pertama bahwa mereka harus berorganisasi.
Baca juga: Inilah Organisasi-Organisasi Di Masa Pergerakan Indonesia
Organisasi lalu muncul dimana-mana. Soetomo dan Wahidin Sudiro mendirikan Budi Utomo. Tirto Adhi Soerjo mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI), yang kemudian diekspansi oleh Samanhudi dari Solo. SDI lalu berubah menjadi Sarekat Islam (SI) dan kemudian di ketuai oleh HOS Tjokroaminoto. Organisasi kepemudaan berdasarkan suku bangsa juga muncul di mana-mana.
Baca juga: Sarekat Islam, Organisasi Islam Yang Melahirkan Komunisme
Kemunculan Indische Party yang terkenal dengan tiga serangkai (Ernest Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat/Ki Hajar Dewantara) memunculkan ide untuk menjadikan suku-suku di Nusantara sebagai satu kesatuan. Puncaknya terjadi pada tahun 1928, ketika organisasi kepemudaan dari berbagai suku mengikrarkan Sumpah Pemuda, menyatakan satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa. Dengan demikian, inilah sebenarnya awal mula ide kita bersatu sebagai Indonesia.
7. Revolusi Kemerdekaan
Kesadaran dan keinginan menjadi satu bangsa yang merdeka sudah terbentuk. Organisasi yang arahnya ingin mewujudkan kemerdekaan mulai berjamur. Dengan resiko ditangkap oleh pemerintah kolonial. Namun usaha-usaha tersebut terus berjalan.
Baca juga: Undang-Undang Dasar, dari Dirumuskan BPUPKI dan PPKI Sampai Amandemen
Pemerintah kolonial Belanda akhirnya tumbang sendiri saat diserbu oleh invasi Jepang dalam Perang Dunia II. Jepang ingin membentuk Kekaisaran Asia Timur Raya, namun berdalih memberi kebebasan pada bangsa-bangsa yang didudukinya. Usaha-usaha meraih kemerdekaan tetap dilakukan dalam batasan-batasan. Adanya BPUPKI dan PPKI adalah bentuk nyatanya.
Baca juga: Yang Perlu Kamu Tahu Tentang Periode “Bersiap”
Kemerdekaan lalu terwujud, setelah kabar kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Proklamasi dibacakan 17 Agustus 1945. Namun perjuangan belum usai, karena setelah PD II, Belanda kembali menguasai Indonesia. Perang kemerdekaan antara tentara bentukan rakyat (TKR lalu menjadi TRI) dengan pihak Belanda tak terhindarkan. Sementara tokoh-tokoh politik berunding untuk bisa terbebas dan menjadi negara yang sepenuhnya merdeka. 27 Desember 1949, Belanda kemudian mengakui kedaulatan Indonesia.
Anda sedang membaca “Bingung? Ini Urutan Belajar Sejarah Indonesia”
8. Masa Kemerdekaan Republik Indonesia
Sesaat setelah merdeka pada 17 Agustus 1945, kita bersepakat menjadi negara republik dan menunjuk Soekarno dan Hatta sebagai pasangan presiden dan wakil presiden. Keesokan harinya, disetujui bahwa kita memiliki konstitusi UUD 1945 dan membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai cikal bakal parlemen. Selanjutnya, usai pengakuan kedaulatan, KNIP digantikan oleh DPR-RIS.
Baca juga: Kenapa Pada Pemilu Kita Memilih Banyak Sekali?
Orde Lama
Presiden Soekarno tetap menjadi presiden dalam dua masa politik. Pertama, pada masa Demokrasi Liberal, di mana Indonesia adalah negara parlementer yang pemerintahannya dipimpin oleh Perdana Menteri. Pemerintah ini berisi anggota-anggota hasil Pemilihan Umum 1955 (pemilu pertama Indonesia). Selain itu, kegiatan politiknya berlaku seperti negara Barat yang menggunakan Demokrasi Liberal.
Baca juga: Indonesia Pernah Dipimpin Perdana Menteri, Ini Dia Ceritanya
Namun, karena dinilai terlalu banyak perdebatan yang tidak membawa kesejahteraan rakyat, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit untuk membubarkan Konstituante (perumus undang-undang dasar baru) dan kembali ke UUD 1945. Akibatnya, Indonesia memasuki masa Demokrasi Terpimpin. Hal ini terjadi karena demokrasi ala Barat dipandang kurang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, yang menyebabkan ketidakstabilan.
Baca juga: Soekarno, Satu-Satunya Presiden Yang Pernah Ditetapkan Jadi Presiden Seumur Hidup
1965 dan Orde Baru
Demokrasi terpimpin berakhir pada tahun 1966, dengan kejatuhan Soekarno setelah adanya Gerakan 30 September. Pada saat itu, beberapa anggota PKI (Partai Komunis Indonesia) bertanggung jawab untuk menggerakkan pasukan yang loyal terhadap gerakan komunisme guna membunuh tujuh jenderal TNI-AD yang dianggap ingin menggoyahkan posisi Soekarno. Akibat peristiwa ini, Jenderal Soeharto muncul dengan Surat Perintah Sebelas Maret, yang berisi mandat dari Soekarno untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memulihkan ketertiban negara.
Baca juga: Yang Kamu Perlu Ketahui Tentang Orde Baru dan Presiden Soeharto
Dengan surat perintah ini, Soeharto lalu membenarkan proses perburuan orang-orang terindikasi sebagai komunis pada 1966. Setelah itu ia mengonsolidasikan kekuatan, dan kemudian dilantik menjadi Penjabat Presiden. Pemilu pertamanya pada 1971 membuat ia menjadi Presiden definitif. Ia bersama Golongan Karya, kekuatan yang ada di belakangnya memenangkan pemilu-pemilu berikutnya di 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Di sepanjang waktu itu lah, ia menjadi presiden dalam masa yang disebut Orde Baru.
Reformasi
Belajar sejarah Indonesia di masa Reformasi berarti memahami beberapa peristiwa penting. Pertama, adanya krisis keuangan atau krisis moneter yang mengakibatkan mundurnya Soeharto. Kemudian, Soeharto digantikan oleh wakilnya, Habibie. Setelah itu, Habibie digantikan oleh Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Selanjutnya, Gus Dur mundur dan digantikan oleh wakilnya, Megawati Soekarnoputri, hingga masa jabatannya berakhir pada tahun 2004. Sejak saat itu, presiden dan wakil presiden mulai dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilihan langsung ini telah menghasilkan tiga presiden, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, dan Prabowo Subianto.
Baca juga: Sejarah Indonesia di Era Reformasi Selengkapnya
Tahun 1997 merupakan tahun di mana terjadi krisis keuangan di Asia. Pada saat itu, Indonesia sangat terdampak karena mata uang Rupiah mengalami inflasi tinggi, sehingga harga barang menjadi mahal. Akibat krisis ini, mahasiswa kemudian menuntut Presiden Soeharto untuk mundur.
Soeharto mundur pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakilnya Bacharudin Jusuf Habibie. Agenda reformasi sejak itu mulai dijalankan.
Baca juga: Yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Huru Hara 1998
Usaha-usaha untuk membentuk negara yang semakin demokratis terus dilakukan. Presiden-presiden selanjutnya juga melanjutkan upaya tersebut. Namun, di masa Presiden Joko Widodo, yang akan berakhir pada tahun 2024 ini, agenda reformasi untuk membentuk Indonesia yang lebih demokratis justru menurun. Selanjutnya, apa yang akan terjadi di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto?
Catatan Akhir
Intinya, kamu bisa pahami sejarah Indonesia dengan urutan: Pra Sejarah → Klasik (Kerajaan dan Kesultanan) → Penjajahan atau Kolonial → Pergerakan dan Revolusi Kemerdekaan → Setelah Kemerdekaan.
Beberapa periodeisasi memang belum tuntas pembahasannya. Misalnya, dalam Masa Klasik, asal usul kerajaan-kerajaan atau kesultanan ada yang belum jelas karena sumber sejarah yang terbatas, baik dari prasasti, sejarah lisan, maupun manuskrip. Selain itu, cerita sejarah di masa Orde Lama atau Orde Baru sarat akan kepentingan kekuasaan, sehingga ada kebenaran yang terlupakan.
Namun sejarah manusia, seperti manusianya adalah sesuatu yang komplek. Proses penyederhanaan di atas, baru awal dan permukaannya saja. Temen-temen jangan berhenti di awalan saja. Kupas semuanya satu-satu, agar misi belajar sejarah Indonesia dan memahami masa lalu untuk bekal masa depan bisa terjadi.
Terima kasih sudah membaca artikel mengenai belajar Sejarah Indonesia. Baca artikel bertema sejarah lainnya hanya di Printilan.com.