Ignasius Jonan, Bapak Reformasi Kereta Api Indonesia

by | Mar 28, 2024 | Kereta Api, Tokoh

Pada awal dasawarsa 2010 an, Kereta Api Indonesia dikejutkan dengan perubahan sistem perkeretaapian yang kualitasnya tiba-tiba membaik. Penumpang tertib, perjalanan harus membeli tiket, tidak ada pedagang asongan, dan bahkan pengantar tidak boleh masuk ke peron. Semua ini bermula ketika Ignasius Jonan, yang sebelumnya direktur di Citibank dilantik menjadi Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia.

Sebelumnya, naik kereta api, apalagi kereta ekonomi adalah aktivitas yang mungkin terpaksa bagi sebagian orang. Penumpang bisa naik tanpa tiket, jadi kereta akan penuh sesak. Pemandangan normal ketika seseorang naik kereta dan tidur di lantainya. Atau bahkan dalam kasus yang ekstrim, agar mendapat tempat orang rela berdiri di kamar mandi kereta yang kualitasnya dulu buruk sekali.

Pedagang asongan berbagai macam barang, dari makanan, hasil bumi, buku, majalah, alat-alat elektronik, bahkan binatang hidup bisa masuk ke dalam kabin penumpang yang terkadang sudah penuh sesak. Belum lagi kadang barang-barang yang dibawa hilang, karena diambil orang.

Foto viral Ignasius Jonan, tertidur di rangkaian kereta api ekonomi. Foto diabadikan oleh Agus Pambagio

Diangkat Jadi Dirut oleh Menteri BUMN Sofyan Djalil

Jonan diangkat oleh Menteri BUMN kala itu, Sofyan Djalil pada 2009 menggantikan Ronny Wahyudi. Ia merupakan direktur utama yang sebelumnya tidak berkarier di PT KAI. Bahkan ia belum pernah bekerja di sektor transportasi.

Sebelumnya, Jonan adalah seorang bankir. Setelah lulus dari jurusan akuntansi Universitas AIrlangga Surabaya ia melanjutkan pendidikan ke Fletcher School, Tufts University, Amerika Serikat. Dari situ ia lalu berprofesi sebagai bankir dan puncaknya menjadi direktur Citibank di usia 36 tahun. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai direktur utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BUMN Keuangan, kini Indonesia Financial Group), sebelum kembali lagi ke Citibank.

Perbaikan Sistem Tiket

Sesaat setelah dilantik ia mencoba memperbaiki sistem tiket kereta api. Sebelumnya praktek percaloan sangat mengakar dan banyak penumpang naik kereta tanpa membeli tiket atau membayar di atas rangkaian kereta.

Sistem boarding pass mulai diperkenalkan. Penumpang harus membeli tiket di loket terlebih dahulu sebelum bisa naik ke kereta, dan tiket ini akan dicek terlebih dahulu dengan pencocokan identitas. Dengan adanya sistem ini maka praktek percaloan kemudian menjadi mati, karena satu tiket hanya bisa dipakai oleh satu identitas (KTP/SIM/Kitas/Paspor) saja. Selain itu dimaksimalkan penjualan tiket kereta via platform daring seperti Traveloka dan aplikasi milik KAI sendiri KAI Access (kini Access by KAI).

Tentunya hal ini berimbas ke perolehan keuntungan perusahaan. Kepemimpinan Jonan mampu membalikkan keadaan dengan membuat KAI untung Rp154,8 miliar pada 2009. Hal ini kontras dibanding setahun sebelumnya mengalami kerugian Rp83,5 miliar. Bahkan pada tahun 2013, perusahaan kereta ini telah mencatatkan keuntungan Rp560,4 miliar. Aset PT KAI pun meningkat dari semula Rp 5,7 triliun pada 2008, menjadi Rp 15,2 triliun pada 2013.

Kalau Ngga Bisa Urus Toilet, Ngga Bisa Urus Yang Lain

Hal ikonik dari awal reformasinya terhadap kereta api adalah perbaikan toilet. Karena toilet umum stasiun kereta api saat itu sanitasinya buruk dan pelanggan masih diperlukan untuk membayar. Jonan berpendapat bahwa toilet adalah awal peradaban, sehingga harus bersih. Dan ia juga berpendapat bahwa jika mengurus toilet tidak bisa, jangan harap PT KAI bisa mengurus yang lain. Ia pun mengultimatum para kepala stasiun, jika soal toilet tidak kunjung beres, ia akan menutup semua toilet di lingkup PT KAI, termasuk toilet di ruang kerjanya.

Setelah berhasil memperbaiki toilet di stasiun, ia mulai memperbaiki toilet yang ada di rangkaian kereta. Toilet di kereta lebih buruk lagi karena hanya berbentuk lubang, dan hasil dari pembuangan manusia itu akan jatuh langsung ke rel. Maka Jonan bersama jajarannya mengusulkan adanya tempat penampungan untuk toilet di kereta api. Dan hasilnya bisa kita lihat, di rangkaian kereta api hari ini.

Menyekolahkan Staf Lulusan SD dan SMP dan Naik Gaji

Pada saat awal menjabat, Jonan menyadari bahwa dari 24.600 karyawan PT KAI saat itu, 35% berpendidikan terakhir SD dan 25% nya lagi berpendidikan SMP. Karyawan lulusan sarjana hanya 86 orang termasuk Jonan sendiri.

Ia lalu membuat program mengirim 3.000 karyawan KAI terbaik kala itu untuk belajar mengenai pelayanan perkeretaapian di Tiongkok, Italia, dan hotel-hotel terkemuka. Karyawan yang ikut ambil bagian dalam program ini tidak terbatas asalnya dari pegawai kantorannya saja namun juga dari pengurus stasiun, penjaga palang pintu, dan tim lapangan lainnya.

Jonan juga menerapkan rotasi cepat, dan memandang kinerja alih-alih latar belakang pendidikannya. Di masa ia menjabat, ada seorang karyawan bernama Subakir yang mengawali karier sebagai penjaga palang pintu di dekat Stasiun Sidotopo, Surabaya menjadi Direktur di PT KA Logistik.

Plakat Pembangunan Museum Kereta Api Ambarawa, yang dilakukan saat Jonan Menjabat

Gaji juga menjadi concern untuk Jonan. Karena di awal menjabat, take home pay (THP) kepala Stasiun Gambir yang notabene adalah stasiun terbesar di Indonesia hanya 2 juta lebih. Kenaikan gaji ini awalnya ditentang, karena kondisi keuangan perusahaan. Jonan bersikeras bahwa, ia akan bisa meningkatkan gaji karyawan dari perolehan keuntungan perusahaan. Dan berjanji akan mundur, jika dalam tahun berikutnya perusahaan kembali merugi.

Protes dari Pedagang Asongan

Diduga setelah Krisis Ekonomi 1997-1998, PT KAI memberikan kelonggaran agar warga bisa berjualan di area stasiun kereta. Hal ini kemudian meningkat menjadi dibolehkan berjualan di rangkaian kereta. Dan kemudian tidak hanya pedagang asongan saja yang naik kereta, namun juga pengamen dan pengemis.

Hal ini berlanjut sampai memasuki tahun 2000 an. Hal yang diperdagangkan beragam macamnya mulai dari makanan khas daerah stasiun itu berlokasi, makanan lainnya, hasil bumi seperti bawang merah dan cabai, mainan anak-anak, kerajinan, hingga binatang hidup. Keadaan ini membuat kereta api seperti pasar tradisional yang semrawut.

Jonan lalu memulai perbaikan mengena pedagang asongan ini, dengan melarang total semua pihak selain penumpang yang akan naik kereta untuk masuk peron. Maka pedagang asongan, pengamen, pengemis, dan bahkan pengantar tidak diperbolehkan masuk. Hal ini mendapat perlawanan keras dari pihak-pihak yang terlibat.

Kasus penolakan yang terkenal adalah unjuk rasa 500 pedagang asongan di Purwokerto. Dan penolakan dari pedagang yang berkios di Stasiun UI dan Pondok Cina, mahasiswa turun terlibat dalam unjuk rasa ini dan meminta agar pedagang bisa melakukan dialog terlebih dahulu.

Meruntuhkan Budaya Naik Atap Kereta

Menteri BUMN Dahlan Iskan pernah menanyakan ke Jonan, mengapa KRL Jakarta tidak diperbaiki juga. Karena memang banyak sekali masalah termasuk kerugian tiket, dan penumpang yang naik ke atas atap kereta api listrik yang pastinya sangat berbahaya. Jonan menjawab akan segera menyelesaikan KRL, ia berdalih menyelesaikan yang mudah terlebih dahulu yaitu KA Jarak Jauh (KAJJ).

Bola-bola beton yang dipasang di rel untuk menghalau penumpang yang naik ke atap kereta. (DOK TEMPO)

Jonan lalu menerapkan beberapa hal yaitu pemaksimalan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) yang diresmikan oleh Menteri BUMN Sofyan Djalil dan Menhub Jusman Syafii Djamal. Ia juga menghapus KRL ekonomi non AC dan membuat sistem gate taping menggunakan kartu.

Baca juga: Jalur dan Daftar Stasiun KRL Jabodetabek

Untuk mengatasi penumpang yang naik ke atas kereta, tiang tiang listrik KRL digantungi bola-bola beton yang akan mengenai penumpang yang naik ke atap kereta, jika tetap memaksa. Perlahan budaya naik atap ini hilang. Dan kita bisa melihat perjalanan KRL dengan sistem tap masuk dan tap keluar yang tertib seperti hari ini.

Perjalanan Kereta Bebas Asap Rokok

Jonan adalah seorang perokok. Namun ia sendiri geram jika ada orang merokok baik di lingkungan stasiun atau di kereta. Maka ia memulai program perjalanan kereta api bebas asap rokok. Yang mana ia mulai sendiri, bahwa ia sebagai perokok tidak akan merokok di lingkungan stasiun atau di atas kereta.

Pemeluk Katolik yang Taat

Mungkin bisa terlihat dari namanya, Jonan adalah seorang Katolik yang taat. Ia mengaku selalu membawa Rosario dan medali dengan gambar suci di kantong bajunya. Ia bahkan menerima penghargaan Bintang Ordo St. Gregorius Agung oleh Paus Fransiskus yang diserahkan oleh Mgr. Piero Poppo, Nunsius Apostolik (Duta Besar) Vatikan untuk Republik Indonesia di Jakarta.

Selain itu, ia menerima berbagai macam penghargaan seperti Bintang Mahaputera dari Indonesia. Ia juga menerima penghargaan dari luar negeri seperti Chevalier of the National Order of Legion of Honour dari Prancis dan Order of the Rising Sun Gold and Silver Star dari Jepang.

Jabatannya sebagai direktur digantikan oleh Eddy Sukmoro pada 2014. Ia lalu diangkat Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Perhubungan, namun di-reshuffle pada 2016, dan digantikan oleh Budi Karya Sumadi. Ia kembali masuk kabinet menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun yang sama menggantikan Arcandra Tahar yang tersandung skandal paspor ganda.

Terima kasih sudah membaca artikel mengenai Ignasius Jonan Bapak Kereta Api di Printilan.com. Jangan berhenti disini, baca artikel-artikel lain mengenai tokoh dan topik lainnya cuma di Printilan.com.

Printilan.com adalah situs web berisi informasi mengenai topik-topik seperti daerah, politik, negara, sejarah, transportasi, dan hiburan. Kami juga menampilkan arsip-arsip berita di masa lalu agar jadi jembatan wawasan bagi masa sekarang.

Info Transportasi

Transpotasi Umum

TJ •  MRT •  LRT Jakarta •  LRT Bekasi •  LRT Cibubur

KRL Commuter

Cikarang •  Bogor •  Rangkasbitung •  Tangerang  •  Tanjung Priok •  Solo-Jogja  •  Jogja-Solo

Kereta Api Jarak Jauh

A

Airlangga  Ambarawa Ekspres  Argo Bromo AnggrekArgo CheribonArgo DwipanggaArgo LawuArgo MerbabuArgo MuriaArgo ParahyanganArgo SemeruArgo SindoroArgo Wilis

B

Bangunkarta • Banyubiru • Baturraden EkspresBengawan  BimaBlambangan Ekspres • Blora Jaya  Bogowonto • Brantas • Brawijaya

C-F

Cikuray  Ciremai • Dharmawangsa • Fajar Utama Solo • Fajar Utama Yogyakarta

G-H

Gajahwong • GajayanaGayabaru Malam Selatan • Gumarang • Harina

J

Jaka Tingkir  Jayabaya • Jayakarta  Joglosemarkerto

K-L

Kahuripan  Kaligung • Kamandaka • Kertajaya  Kertanegara • Kutojaya Selatan  Kutojaya Utara • Lodaya • Logawa

M

Majapahit  Malabar • Malioboro Ekspres • ManahanMataram • Matarmaja  Menoreh • Mutiara Selatan • Mutiara Timur

P

PandalunganPangandaran • Pangrango • Papandayan • Pasundan  Probowangi • Progo • Purwojaya

R-S

RanggajatiSancaka • Sawunggalih • SembraniSenja Utama Solo • Senja Utama YogyakartaSerayu  Singasari • Sritanjung  

T-W

TaksakaTawangalun • Tawang Jaya • Tegal Bahari • Turangga • Wijayakusuma 

Fakta Daerah

Aceh • Sumut • Sumbar • Riau • Jambi • Bengkulu • Sumsel • Lampung • Kepri • Babel • Banten • DKJ • Jabar • Jateng • DIY • Jatim • Bali • NTB • NTT • Kalbar • Kalteng • Kalsel • Kaltim • Kaltara • Sulut • Sulsel • Sulteng • Sulbar • Sultra • Gorontalo • Malut • Maluku • Papua • Pabar • PBD • Pateng • Papeg • Pasel