9 Hal Yang Orang Indonesia Harus Mulai Belajar

by | Jul 31, 2024 | Opini

Kita kan manusia yang dinamis, nilai-nilai terus berubah-ubah. Maka dari itu terus belajar adalah sebuah keniscayaan. Disadari atau tidak disadari, suka atau tidak suka, tidak belajar artinya merelakan diri tertinggal. Banyak hal yang Orang Indonesia harus mulai belajar.

Orang Indonesia seperti kita tidak sendiri di dunia. Bangsa lain ada yang sudah unggul dalam ekonomi dan teknologi, dan ada juga yang unggul secara spiritual, moral, dan etika. Haruskah kita berpuas dengan apa yang kita punya?

Dimana kita hari ini dan mau kemana?

38 provinsi di negara yang besar seperti Indonesia mau tetap terus bersatu kan? Ayo belajar 9 hal-hal sederhana seperti di bawah!

Sudah hampir satu abad bangsa ini merdeka. Generasi demi generasi muncul mengisi kemerdekaan dengan bidangnya masing-masing. Ada yang berdagang dan berusaha, ada yang menyumbangkan pemikiran dan kecerdasannya sebagai akademisi atau ilmuwan, ada yang bekerja di kantor baik di sektor swasta atau sebagai pegawai negeri, dan lainnya.

Baca juga: Dari Provinsi Sampai Dusun, Ini Urutan Pembagian Wilayah Di Indonesia Biar Kamu Ngga Bingung

Namun kemerdekaan itu sesungguhnya belum mencapai titik maksimal yang kita idam-idamkan. Ada yang bilang, 2045 kita berada di era Indonesia emas. Tentunya hal ini tidak otomatis yang jatuh dari langit, melainkan harus terus diusahakan, oleh kita sendiri.

Jika tidak diusahakan, bukan tidak mungkin 2045 itu kita tidak menjadi apa-apa. Negara lain secara ekonomi, teknologi, dan ilmu pengetahuan lebih maju karena mereka lebih banyak belajar dan memiliki sistem pendidikan yang lebih baik. Secara moral dan etika kita juga tidak punya pegangan karena tercerabut dari asal kita, dan maunya ikut-ikutan tren saja.

Berikut 9 hal yang bisa mulai kita lakukan sendiri, atau ajarkan ke anak-anak kita (kalau belum). Agar setidaknya, kita punya pondasi akan bagaimana rasanya jadi “maju” itu:

1. Perbedaan tidak mesti harus ditolak, tapi juga belum tentu perlu diiyakan

Mari berkenalan dengan konsep agree to disagree atau “setuju untuk tidak setuju”. Apakah itu? Agree to disagree adalah hal yang kita lakukan dimana kita punya sikap terhadap hal tertentu, namun tetap menghargai lawan bicara kita yang sikapnya mungkin bertolak belakang dengan kita akan isu itu.

Jadi berbeda bukan berarti kita bertengkar. Kita bisa mengurangi sisi emosi dari suatu perdebatan. Jika ada yang berbeda dengan kita, bukan berarti mereka mengambil pilihan jahat dan kita orang baiknya. Karena di sisi lain jika pemikiran seperti ini dipertahankan. Mereka juga berfikiran sama, mereka yang baiknya, kamu yang jahatnya.

Baca lanjutannya: Perbedaan tidak mesti harus ditolak, tapi juga belum tentu perlu diiyakan

2. Ceritakan sesuatu sebagaimana adanya

Ada baiknya kita membiasakan melihat sesuatu sebagaimana adanya. Tanpa melebih-lebihkan dan tanpa mengurang-ngurangi. Jika menceritakan seorang manusia, kita tentu tidak bisa lepas dari dia manusia yang punya lupa dan salah.

Baca juga: Seri Hamengkubuwono IX Wafat, Barangkali Keris Itu Tak Perlu Lagi

Jadi ketika kita menceritakan seseorang, kita bisa menanggapi kelebihannya dengan tidak berlebihan dan tidak melihat kekurangannya juga secara berlebihan. Fokus saja ke kelebihan dan kekurangannya secara berimbang, sembari menjelaskan bahwa realita yang kamu alami mungkin berbeda dengan orang lain.

Kita bisa punya penilaian yang objektif. Pandangan kita bisa meminimalisasi bias. Hal ini tentu berlaku untuk hal-hal lainnya, bukan orang saja. Contohnya seperti barang, makanan, tempat, kegiatan, dll.

Baca lanjutannya: Ceritakan sesuatu sebagaimana adanya

3. Kalau ada apa-apa tuh ngomong, gak semua bisa telepati

Beberapa budaya di lingkungan kita memang mengajarkan untuk memendam beberapa hal dan tidak perlu diutarakan jika hal itu berpotensi menimbulkan konflik. Namun kita bisa mengakalinya dengan tetap membicarakan hal tersebut dengan cara yang paling nyaman. Cara yang paling nyaman itu bisa jadi adalah mengutarakan nya dengan sopan, mengatakan ke orang nya langsung, atau cara-cara yang lain.

Baca juga: Kyai Joyolalono (Djojolelono), Bupati Pertama Probolinggo

Terkadang komunikasi paling efektif adalah dengan bicara langsung. Karena jika tidak, bisa jadi masing-masing pihak punya asumsinya sendiri. Dan jika tidak diutarakan akan menjadi masalah. Orang Indonesia sebagai yang menganut budaya ketimuran, masih bisa belajar mewujudkan hal ini menjadi nyata.

Baca lanjutannya: Kalau ada apa-apa tuh ngomong, gak semua bisa telepati

4. Coba pahami mengapa sesuatu yang terjadi itu bisa terjadi, baru beri penghakiman

Ini sebenarnya sesuatu yang sangat sulit, walaupun terkadang kita sering mendengar istilah yang dipakai untuk bisa menguasai hal ini: berempati.

Beberapa hal yang harus kamu lakukan agar makin terbiasa berempati adalah: Melihat sesuatu dari sudut pandang lain dari yang kamu yakini. Membayangkan bagaimana perasaan seseorang terhadap hal-hal tertentu. Membayangkan bagaimana jalan berfikirnya. Merasakan dan memvalidasi emosi orang lain. Serta, menjadi pendengar yang baik bagi orang lain.

Setelah itu kita akan memiliki paham mengapa sesuatu yang telah terjadi, bisa terjadi. Ada perilaku, pemikiran, kondisi sosial lingkungan, dan konteks mengapa hal yang terjadi, bisa terjadi, walaupun terkadang tidak sesuai dengan apa yang kamu tahu. Tidak harus semua sesuai dengan kacamata mu. Terkadang yang bisa kita lakukan hanya menerima sesuatu terjadi, baru mencari solusinya.

Baca lanjutannya: Coba pahami mengapa sesuatu yang terjadi itu bisa terjadi, baru beri penghakiman

5. Kita warga dunia, ada banyak hal di luar sana, yang bagus bukan cuma kita aja

Dunia saat ini terbagi menjadi sekitar 200-an negara berdaulat. Belum lagi jika kita membicarakan budaya, sosial lingkungan, cara pandang, sikap politik, agama, ideologi, kepercayaan, dll. Keberagaman kita sendiri sudah sangat besar. Apalagi jika digabungkan dengan apa-apa yang dunia tawarkan di luar Indonesia.

Jadi sangat jumawa jika kita hanya menarik kebijaksanaan dari diri sendiri. Sedangkan tempat lain, menawarkan banyak hal. Mungkin, kadang kita sendiri lupa bahwa karena hidup di negara yang nyaman ini, hal yang di luar kita jadi asing dan jadi kurang penting. Namun jika kita sadari dari luas daratan kita hanya 1% dari seluruh dunia. Maka apa yang ada di luar kita akan lebih banyak berpengaruh dari kita yang berpengaruh ke dunia.

Baca juga: Bingung? Ini Urutan Belajar Sejarah Indonesia

Namun kenyataan bahwa kita sekecil itu, bukan berarti kita adalah kecil dan remeh. Yang terpenting adalah sebagai Orang Indonesia kita tetap harus belajar mengembangkan diri dengan banyak hal yang ditawarkan dunia. Namun tidak lupa akan akar budaya bangsa atau suku bangsa kita sendiri.

Baca lanjutannya: Kita warga dunia, ada banyak hal di luar sana, yang bagus bukan cuma kita aja

6. Hal bagus itu perlu kita apresiasi, entah dengan uang atau yang lain

Ada hal-hal yang perlu kita hargai dengan uang. Selama ini kegiatan menggunakan uang yang sering kita lakukan adalah yang memberikan fungsi konkret atau nyata. Sedangkan hal-hal yang lebih abstrak cenderung kita abaikan.

Mulai dengaan memberikan apresiasi dalam bentuk uang terhadap karya dan potensi orang lain: musik, film, lukisan, desain grafis, software, pertunjukan seni, kerajinan tangan, stand up comedy, drama dan produk kebudayaan lainnya. Bahkan mulai taruh perhatian ke orang-orang yang menekuni bidang tertentu, punya pemahaman mendalam tentang hal tertentu, atau menguasai teknik tertentu dalam menciptakan sesuatu.

Baca juga: 5 Serial Video, Agar Kamu Makin Mengenal Indonesia

Bisa jadi apresiasi uang tersebut bermanfaat bagi mereka, karena mungkin misalnya mereka hidup dari bidang itu. Atau mereka ingin mengembangkan bidangnya lebih baik lagi. Dan tentunya akan sulit tanpa dukungan material berupa uang.

Karena orang-orang inilah adalah garda terdepan yang menjaga hal-hal yang cenderung abstrak dan kebanyakan orang tidak mengurusi. Hal-hal yang membuat kita sebagai bangsa kaya.

Baca lanjutannya: Hal bagus itu perlu kita apresiasi, entah dengan uang atau yang lain

7. Orang Indonesia harus mulai belajar jika aturan itu (terkadang) tidak dibuat untuk dilanggar

Berapa dari kita yang suka buang sampah sembarangan? Menerobos lampu lalulintas? Atau sesederhana menginjak rumput padahal jelas-jelas ada plang larangannya?

Aturan yang sering kita abaikan ini, kita anggap sebagai hal yang mengekang. Justru tidak, aturan adalah hal yang membuat kita disiplin. Dan menurut Stephen Covey dalam bukunya The 8 Habit disiplin itu tidak mengekang justru membebaskan. Bayangkan jika semua taat lalulintas di jalan, jalanan bukan jadi tempat yang bikin stress. Dan perjalanan bisa jadi lebih menyenangkan. Dan hal ini berlaku untuk banyak hal lainnya.

Baca juga: Urutan Hukum di Indonesia, Agar Kita Paham Mesti Ngadu Kemana

Selain itu, jika kita memahami aturan, kita jadi memiliki pikiran yang lebih jernih. Mana yang boleh dan tidak boleh. Mana yang milik umum sehingga bisa kita pakai, dan mana yang milik privat (pribadi) sehingga tidak boleh kita ganggu. Apa yang boleh kita terima dan apa yang tidak. Dan lainnya? Siap mulai sekarang?

Baca lanjutannya: Aturan Itu (terkadang) tidak dibuat untuk dilanggar

8. Politik itu ngaruh ke hidup kita, mau kamu kerja apa saja

Untuk apa ada politisi di negara ini? Pendeknya mereka adalah orang-orang yang berkumpul untuk membicarakan kepentingan kita. Dalam keadaan ideal mereka harusnya adalah sosok yang egaliter (setara) dengan kita, mudah kita akses untuk bilang keperluan kita apa, dan hidup diantara kita sehingga punya pemahaman baik akan masalah kita apa.

Maka dari itu, Orang Indonesia mulai belajar mengenai mindset untuk selalu menuntut mereka para politisi. Kita sudah beri pajak untuk membiayai negara, mereka, dan hal-hal yang harusnya bisa mereka lakukan untuk kita. Bahkan jika dibutuhkan, sebagian dari kita mau memberi lebih, bahkan nyawanya. Dan mereka sudah dapat kenyamanan dari hal-hal yang mungkin belum pernah kita dapat, yang dibayarkan dari pajak yang kita bayar tadi.

Baca juga : Kenapa Pada Pemilu Kita Memilih Banyak Sekali?

Ingat, bukan cuma pajak penghasilan yang dipotong, tapi makanan yang kita beli biasanya sudah termasuk pajak, cukai rokok, pembelian barang mewah, dan yang lainnya. Kita sendiri harus mulai pastikan penggunaannya.

Kita harus pastikan bahwa orang-orang yang duduk di sebuah jabatan itu selalu mendengar dari kita. Kesalahannya harus kita kritik habis-habisan. Kita harus selalu menuntut agar yang kita dapat yang terbaik dari yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Karena itu kesepakatannya kita bernegara, dan mereka jadi pemimpin-pemimpin kita.

Baca lanjutannya: Politik itu ngaruh ke hidup kita, mau kamu kerja apa saja

9. Rahasia kenapa baca buku itu masih relevan, bukan berhenti di nonton konten pendek

Hari ini kita disuguhi konten video-video pendek dari berbagai platform semisal TikTok, atau Instagram Reels. Tentunya konten tersebut sangat menghibur kan? Saya juga setuju.

Bahkan dari reels atau video tiktok tersebut ada konten yang berisikan informasi bermanfaat dan ilmu pengetahuan, yang disajikan secara cepat, langsung ke intinya, dan praktikal. Tentunya ini bagus kan? Setuju, namun belum cukup.

Konten pendek ibarat junk food yang lezat yang kita makan. Namun jika tidak diimbangi “nutrisi seimbang” dari sumber-sumber yang lebih primer (semisal buku), maka akan menjadi masalah. Konten pendek yang cepat, hanya akan memberikan pemahaman di permukaan yang belum diperbandingkan dengan ide-ide lain.

Sedangkan dari buku-buku, kita bisa memiliki: Pemahaman mendalam. Perbandingan ide-ide yang berbeda untuk menghadapi hal yang sama. Penelitian Stanovich dari AS menjelaskan bahwa, lingkungan yang membaca buku memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dan dapat memproses informasi dengan lebih efisien karena paparan terhadap berbagai perspektif dan ide yang berbeda.

Baca lanjutannya: Rahasia kenapa baca buku itu masih relevan, bukan berhenti di nonton konten pendek

Tentunya banyak dari temen-temen yang udah melakukan hal ini. Tingkatin terus ya. Dan bagi yang belum, ayo mulai sekarang. Kalo mayoritas kita udah melakukan hal-hal di atas. Ayo kita lihat nanti, kita akan jadi semaju apa.

Terima kasih sudah membaca artikel Hal Yang Orang Indonesia Harus Mulai Belajar di printilan.com. Baca artikel-artikel opini lainnya di sini, dan semoga memberikan manfaat buat kamu.

Printilan.com adalah situs web berisi informasi mengenai topik-topik seperti daerah, politik, negara, sejarah, transportasi, dan hiburan. Kami juga menampilkan arsip-arsip berita di masa lalu agar jadi jembatan wawasan bagi masa sekarang.

Info Transportasi

Transpotasi Umum

TJ •  MRT •  LRT Jakarta •  LRT Bekasi •  LRT Cibubur

KRL Commuter

Cikarang •  Bogor •  Rangkasbitung •  Tangerang  •  Tanjung Priok •  Solo-Jogja  •  Jogja-Solo

Kereta Api Jarak Jauh

A

Airlangga  Ambarawa Ekspres  Argo Bromo AnggrekArgo CheribonArgo DwipanggaArgo LawuArgo MerbabuArgo MuriaArgo ParahyanganArgo SemeruArgo SindoroArgo Wilis

B

Bangunkarta • Banyubiru • Baturraden EkspresBengawan  BimaBlambangan Ekspres • Blora Jaya  Bogowonto • Brantas • Brawijaya

C-F

Cikuray  Ciremai • Dharmawangsa • Fajar Utama Solo • Fajar Utama Yogyakarta

G-H

Gajahwong • GajayanaGayabaru Malam Selatan • Gumarang • Harina

J

Jaka Tingkir  Jayabaya • Jayakarta  Joglosemarkerto

K-L

Kahuripan  Kaligung • Kamandaka • Kertajaya  Kertanegara • Kutojaya Selatan  Kutojaya Utara • Lodaya • Logawa

M

Majapahit  Malabar • Malioboro Ekspres • ManahanMataram • Matarmaja  Menoreh • Mutiara Selatan • Mutiara Timur

P

PandalunganPangandaran • Pangrango • Papandayan • Pasundan  Probowangi • Progo • Purwojaya

R-S

RanggajatiSancaka • Sawunggalih • SembraniSenja Utama Solo • Senja Utama YogyakartaSerayu  Singasari • Sritanjung  

T-W

TaksakaTawangalun • Tawang Jaya • Tegal Bahari • Turangga • Wijayakusuma 

Fakta Daerah

Aceh • Sumut • Sumbar • Riau • Jambi • Bengkulu • Sumsel • Lampung • Kepri • Babel • Banten • DKJ • Jabar • Jateng • DIY • Jatim • Bali • NTB • NTT • Kalbar • Kalteng • Kalsel • Kaltim • Kaltara • Sulut • Sulsel • Sulteng • Sulbar • Sultra • Gorontalo • Malut • Maluku • Papua • Pabar • PBD • Pateng • Papeg • Pasel